Berdamai dengan Hipertiroid


Hidup bersama Gondok

Bayangan saya setelah sebagian tiroid saya diangkat adalah kehidupan saya menjadi normal kembali tanpa ada embel-embel lainnya. Tidak pernah terbayang bahwa saya harus bertemu dokter spesialis endokrin secara rutin setiap seminggu, sebulan atau tiga bulan sekali. Sayangnya inilah hidup yang harus saya hadapi. Tak bisa dikatakan menyenangkan tetapi harus dilalui.

Seingat saya, setelah sebagian tiroid saya diangkat, dokter spesialis endokrin yang terkenal itu hanya memberikan saya Coenzyme Q10 sebagai suplement setiap kali saya berkunjung. Lalu ia akan melakukan scanning ultrasound pada leher saya untuk memantau tiroid saya. Diikuti oleh permintaan untuk pengambilan sampel darah yaitu FT4, FT3 dan TSHs.

Setelah beberapa tahun lamanya melakukan ini tentu saja saya menjadi bosan terlebih karena dokter ini sangat terkenal jadi harus menunggu dengan waktu yang lama sebelum berhasil bertemu dengannya, maka saya mulai bertanya dengan diri saya: sampai kapan saya harus bertemu dia, berapa tahun lagi, sampai saya tua kah? Lalu saya mencapai suatu kesimpulan sempit bahwa saya tidak lagi ingin mengunjungi sang dokter. Saya merasa lelah akan penyakit gondok ini dan frustrasi.

Terlena

Saya tetap rajin berolahraga dan mencoba hidup seperti orang biasa tetapi terkadang saya tetap merasakan ada sesuatu yang belum benar di dalam tubuh saya. Saya cukup rentan bagaikan bola kaca yang mudah pecah karena saat berolahraga otot di kaki atau tangan saya mudah sekali cedera, saya juga bernapas pendek, pada dasarnya dapat dikatakan saya ini tidak prima.

Akan tetapi semua itu tidak menghalangi saya untuk tetap berolahraga. Saya memiliki keinginan yang kuat untuk terus berolahraga karena saya ingin menjadi sehat. Saya juga merasa cukup walaupun terbatas untuk menjalani hidup saya dan belajar untuk dapat hidup bersama keterbatasan dan kondisi rapuh saya.