Dokter untuk Hipertiroid


Nodul Tiroid

Saya secara teratur berjumpa dengan dokter internis pada awalnya karena dokter tersebut merupakan dokter yang pertama kali mendeteksi penyakit hipertiroid dan goiter alias gondok di leher saya. Internis tersebut mengobati saya dengan obat propanolol untuk mengatasi detak jantung saya yang tidak teratur dan obat thiamazole untuk mengatasi hipertiroid saya (peringatan: agar menghubungi dan berkonsultasi dengan dokter anda terkait dengan obat-obatan yang perlu dikonsumsi). Akan tetapi setelah sekitar setahun kemudian, saya memperhatikan terdapat benjolan di leher saya, yang ternyata adalah nodul tiroid dan perlu dilakukan biopsi.

Hasil dari biopsi ternyata “tidak dapat disimpulkan” apakah nodul ini termasuk kategori tumor jinak atau ganas. Saya lumayan terpukul saat mengetahuinya. Kemudian saya berkonsultasi kembali dengan sang internis dan juga dengan seorang dokter bedah yang kemudian dengan pertimbangan demi kesehatan saya maka saya lebih baik mempertimbangkannya untuk diangkat. Maka saya putuskan untuk meminta dokter bedah mengangkat nodulnya atau dengan kata lain dioperasi. Keputusan berat yang harus saya ambil termasuk resiko kehilangan atau kerusakan suara saya.

Tiroidektomi

Pengangkatan nodul tiroid saya berhasil dilaksanakan dengan baik karena dokter bedah yang melakukannya merupakan spesialis bedah tiroid. Ia sering berkunjung dan berkarya dengan memberikan operasi atau pembedahan untuk mengangkat tiroid secara gratis kepada kaum papa sebagai bagian dari bakti sosialnya. Saya sungguh berterima kasih kepadanya. Saya lebih berterima kasih lagi kepada dokter bedah ini karena komentar yang diberikannya setelah saya berjumpa dengan seorang dokter spesialis endokrin yang juga merupakan seorang profesor.

Pada dasarnya dokter internis yang biasa saya jumpai, setelah saya menjalani prosedur tiroidektomi, merekomendasikan saya untuk bertemu dengan seorang dokter spesialis endokrin yang juga merupakan seorang profesor. Saya masih ingat dengan jernih saat saya pertama kali bertemu dengan sang profesor. Ia mengatakan kepada saya bahwa jika saya sudah pernah punya sejarah terdapat nodul tiroid, yang mana dinyatakan sebagai kanker, maka sebaiknya seluruh kelenjar tiroid yang tersisa diangkat juga.

Saat itu saya masih trauma karena baru saja dioperasi dan bahkan berbicara pun saya masih pelan-pelan dan merasakan sakit. Sehingga saat disampaikan seperti itu oleh sang profesor maka saya tidak dapat menerimanya sama sekali. Saya menolak secara halus untuk dioperasi kembali. Saya marah dengan keadaan tiroid dan diri saya sendiri, sampai saya harus berpikir ulang apa yang sudah terjadi dan apa rencana yang harus dilakukan kembali.

Kemudian saat kembali ke dokter bedah untuk melakukan konsultasi paska bedah tiroid, saya sampaikan kepada dokter bedah saya apa yang sang profesor katakan kepada saya. Dokter bedah saya ini mengatakan kepada saya bahwa dia akan mengangkat seluruh kelenjar tiroid saya jika memang keseluruhan tiroid saya dalam kondisi yang tidak baik, tetapi dia hanya mengangkat sebagian saja karena memang hanya sebagian yang tidak baik. Oleh karena ini lah saya sungguh berterima kasih kepadanya karena setelah itu saya mencoba mencari tahu lebih banyak mengenai tiroid ini dan fungsinya. Saya menyadarinya ternyata tanpa tiroid berarti saya harus selalu makan obat sebagai pengganti hormon tiroid yang seharusnya dihasilkan oleh kelenjar tiroid.

Bagaimanapun saya pikir lebih baik tetap memiliki tiroid walaupun sebagian saja. Tetapi ini hanya pendapat pribadi saya karena saya bukanlah seorang dokter. Pada kenyataannya saya juga memiliki seorang tetangga yang seluruh tiroidnya sudah diangkat dan walaupun dia harus minum obat hormon tiroid setiap hari, dia tetap terlihat sehat dan berolahraga. Tetapi untuk diri saya, saya lebih memilih untuk tetap punya tiroid walaupun sebagian dengan segala resikonya.

Dokter spesialis Endokrin

Sebulan kemudian saya bertemu dengan dokter spesialis endokrin lainnya. Dokter spesialis endokrin ini lebih muda dan bersedia untuk mendengarkan keluhan saya. Dia juga bersedia untuk tetap menangani hipertiroid saya tanpa harus mengangkat tiroid saya yang tersisa.

Dokter spesialis endokrin ini merupakan dokter yang sangat populer dan butuh waktu berjam-jam sebelum bisa bertemu dengannya. Pasiennya kebanyakan memiliki masalah dengan diabetes dan membuat saya bertanya-tanya apa hubungan antara diabetes dengan tiroid yang memiliki kesamaan? Ternyata ada kemungkinan hubungan antara penyakit tiroid dan diabetes melitus 2. Tetapi saya tidak punya masalah dengan diabetes. Jadi saya mulai bertemu dengan dokter spesialis endokrin ini secara berkala selama beberapa tahun ke depan.